BROADCASE
Kios Bensin Kejujuran ala Rakyat Buka 24 Jam
Menanamkan kejujuran dalam setiap tindak laku, mungkin sangatlah
membutuhkan perjuangan yang cukup berat. Apalagi, diterapkan dalam
kehidupan sekarang ini. Namun, ada yang menarik disalah satu sudut di
Kota Kediri. Yakni, ada seorang penjual bensin eceran dengan semangat
kejujuran. Setiap pembeli dibebaskan mengambil sendiri bensin dan
makanan dengan meletakkan uang ke dalam toples. Uniknya, bensin ini buka
24 jam dan jarang dijaga.
Pagi itu, Mukti Murah Harjo hanya terlihat sibuk menata dagangannya,
meski ada beberapa orang yang membeli bensin, dia tetap fokus pada
pekerjaannya, karena bagi pembeli bensin dibiarkan untuk mengambil
sendiri dan uangnya cukup ditaruh di dalam toples yang telah disediakan.
Meski kerap menderita kerugian, Mukti yang juga tukang becak ini tak pernah menyerah mempertahankan konsep kejujuran di warung miliknya. Sistem yang diterapkan Mukti memang agak ganjil. Ayah tiga anak ini menata kiosnya di tepi Jl. Veteran, Kota Kediri, yang berdampingan dengan warung makanannya. Saat semua lapak usahanya dibuka, Mukti justru menarik becak. Dia bahkan bisa meninggalkan dagangannya begitu saja di jalanan yang ramai hingga seharian tanpa khawatir dicuri orang.
Meski kerap menderita kerugian, Mukti yang juga tukang becak ini tak pernah menyerah mempertahankan konsep kejujuran di warung miliknya. Sistem yang diterapkan Mukti memang agak ganjil. Ayah tiga anak ini menata kiosnya di tepi Jl. Veteran, Kota Kediri, yang berdampingan dengan warung makanannya. Saat semua lapak usahanya dibuka, Mukti justru menarik becak. Dia bahkan bisa meninggalkan dagangannya begitu saja di jalanan yang ramai hingga seharian tanpa khawatir dicuri orang.
Satu-satunya alat pengaman yang dia pasang adalah selembar kain
bertuliskan “POM Kejujuran 24 Jam Menuju Surga”, yang dipasang di atas
lapak bensin ecerannya. Di bawahnya tertulis beberapa item tentang tata
cara berbelanja. Yakni, Ambil bensin sendiri, Bayar dengan uang pas dan
masukkan ke dalam toples, Tuhan telah mengawasi kita, Terima kasih atas
kejujuran anda.
Mukti bukanlah orang yang tergolong mampu dan sengaja mendermakan
dagangannya kepada orang lain. Pria berusia 53 tahun ini adalah seorang
tukang becak yang memiliki tiga anak. Sejak istrinya meninggal dunia
beberapa waktu lalu, Mukti merintis usaha perdagangan dalam skala kecil.
Lapak yang pertama kali dibuka di kawasan sekolah itu adalah nasi
goreng, mie rebus, dan kopi. Warung kecil yang memanfaatkan trotoar
jalan itu dibuka selama 24 jam untuk melayani warga sekitar. “Banyak
anak sekolah yang kehausan dan lapar,” ujarnya.
Belum lama membuka warung, Mukti memajang kios bensin eceran di
sebelahnya. Berawal dari rasa iba saat mendapati orang tua yang menuntun
sepeda motor tengah malam, Mukti berinisiatif membuka kios bensin
eceran yang buka 24 jam. Pasalnya, orang tersebut tak bisa mendapatkan
penjual bensin di saat semua orang terlelap. Untuk menjaga ketersediaan
bensin di tengah malam, Mukti rela membuka kiosnya meski dia sendiri
pulang ke rumah untuk beristirahat.
Percaya atau tidak, dari hasil usahanya ini Mukti mampu menyekolahkan
tiga anaknya. Anaknya yang sulung baru saja lulus dari Sekolah Menengah
Kejuruan. Putranya kedua duduk di bangku kelas dua Sekolah Rintisan
Bertaraf Internasional SMAN 2 Kediri, dan terakhir kelas dua SMP
Muhammadiyah. “Kejujuran-lah yang membiayai sekolah mereka, bukan kios
bensin atau warung,” katanya.